Monday, October 14, 2013

Ambigu

Masih tentang Mekar arum yang gelisah menanti, masih tentang mekar arum yang senang sembunyi. Sembunyi dibalik riuh hati yang nyeri. Tak ada kata yang pantas untuk ungkapkan semua gelombang riuh nyeri,selalu... bisik hatinya. Ia berjalan dari satu arah jalan menuju arah yang lain, dari lorong-lorong kecil sampai gang tersembunyi. Tapi tak ia temukan dipa yang dicari. Ia sudah lelah menanti, namun ia tetap mencari kemana dipa pergi, dimana dipa berada. Suatu ketika mekar arum bermimpi dan terbangun ia dengan wajah tatapan nanar, kosong. Ia kembali mengingat mimpi tadi dan terus berucap semoga mimpinya hanyalah mimpi.
Dipa adalah keinginannya terbesar, semangatnya yang membara, impiannya yang tinggi. Akhir-akhir ini dipa tak pernah muncul dalam benak mekar arum, tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa koma. Mekar arum merasa hampa, ia mulai mencari namun tak kunjung dipa kembali dalam pasang hatinya. "Ah... Tuhan, lelah!" keluhnya. Ia seperti tak hidup tanpa dipa, tak ada keinginan besar dan semangat yang mampu mengobarkan api harapannya. Selalu.. kemana mekar arum mencari dipa. Mimpinya saat itu membuat dia merasa benar-benar mati rasa, "dipa mati!" kata mimpinya.  Nanar, kosong tanpa dipa adalah wujud hidup tanpa kehidupan bagi mekar arum. Karna dipa adalah bentuk semangat, keinginan yang tinggi. Iyah... Dipa, semangat. Mekar arum hanya mampu mencari, semoga dipa kembali.

Oleh: Zia Mahmudah Imron